Monday, December 13, 2010

Jerry Aurum lahir di Medan, 26 Mei 1976, memulai karirnya pada umur 24 tahun. Jerry Aurum adalah seorang fotografer Indonesia yang sudah go international. Banyak dari hasil karyanya dan kisah suksesnya yang dimuat di media massa, salah satu bukunya, Femalography, adalah buku yang menceritakan tentang keunikan dari perempuan dan menjadi best seller di Singapura.

Jerry lulus dengan “cum laude” jurusan Desain Komunikasi Visual, Institut Teknologi Bandung. Jerry dapat menjadi salah satu fotografer dan creative director ternama karena pengalaman fotografinya yang sejak SD sudah biasa memegang kamera. Sejak SD sudah mengenal photo hunting, walaupun dari keluarganya tidak ada yang bergerak di jalur seni, ayah Jerry seorang notaris, ibunya bekerja di sebuah perusahaan asing pemasok alat-alat berat untuk perkebunan, kakaknya seorang dokter jantung, dan kakak yang satunya lagi bekerja di biro arsitektur. Di tahun 1992, ketika Jerry kelas 2 SMA, ia membeli kamera besar pertamanya, dan sejak itu fotografi menjadi hobi yang diseriusinya. Fokus Jerry waktu itu adalah menjadi pemburu hadiah lomba foto, karena Jerry tumbuh di lingkungan keluarga yang keras, yang walaupun keluarga Jerry adalah keluarga cukup berada, Jerry dan saudara-saudaranya dididik jauh dari manja. Jika menginginkan sesuatu, semua anggota keluarganya diharuskan menabung, dan untuk membiayai hobi foto Jerry, yang seperti kita ketahui, fotografi adalah hobi yang mahal, Jerry harus mengejar uang dari hasil ikut lomba.

Setelah lulus kuliah di tahun 1999, Jerry sempat bekerja selama 3 bulan di sebuah perusahaan, tetapi karena tidak tahan, Jerry membuka perusahaan sendiri di bidang desain grafis dan fotografi. Tepatnya, di bulan Maret 2000, Jerry Aurum Design and Photography (JADaP) bediri. Di perusahaan ini, Jerry sebagai produser dan delapan orang lain sebagai admin, desainer grafis, kepala studio, 2 asisten fotografi, dan general affairs yang mengurus izin, pengiriman barang dan logistik. Jerry memilih hanya 8 orang di kantornya karena Jerry tidak menyukai suasana yang “kantor” sekali. Jerry sempat mempunyai pegawai sebanyak 25 orang, tapi yang terjadi adalah Jerry jadi lebih sibuk mengurus kantornya dan kesenangannya akan fotografi tidak terfokuskan. Ia tidak mau menjadi freelancer, karena tidak bisa serius dalam industrinya. Jerry menginginkan perusahaan yang established supaya bisa menangani proyek yang lebih serius.

Jerry Aurum memilih foto komersial karena menantang, mempunyai tanggung jawab besar, pekerjaannya juga sulit, dan lagi para klien Jerry mempunyai nama-nama besar, jadi Jerry ingin membangun portfolio dengan foto komersial. Untuk eksplorasi kreatifitasnya, sangat berbeda dan variatif. Bagi Jerry, tidak ada yang sama. Hari ini ia bisa memotret benda, hari berikutnya model, berikutnya lagi memotret perjalanan, masuk ke hutan, dan sebagainya. Mau tidak mau, semua itu memaksanya untuk bereksplorasi dan belajar terus. Sangat berbeda dengan nuansa dari fotografi pernikahan yang cukup banyak repetisinya.

Jerry berpikir, apa lagi yang harus dieksplor dari foto orang menikah, walaupun memang ada satu dua foto pre wedding atau wedding yang cukup berbeda, misalnya foto wedding di bawah air. Tapi selain dari itu, menurut Jerry, foto-foto pre wedding yang terlalu aneh pun tidak ada konteksnya. Tidak ada konteksnya karena, misalnya, ada foto pre wedding dimana pasangan menaiki unta berduaan, sama sekali tidak ada hubungannya, foto naik unta dengan nuansa pernikahan, jadi tidak seperti foto pre wedding tetapi lebih menuju kepada foto untuk lucu-lucuan berdua. Padahal, konteks sesungguhnya menurut Jerry, foto pre wedding adalah foto menjelang pernikahan, dimana nuansa kebersamaan seharusnya tinggi. Dan Jerry menganggap, mungkin karena foto-foto pre wedding yang aneh dan lucu itu lebih memenuhi selera pasar. Jerry sendiri tidak pernah memotret untuk wedding, kecuali untuk membantu teman yang khusus meminta dan itu seringkali gratis. Jerry berpendapat, lama-lama sebenarnya foto wedding menarik karena sekarang wedding lebih terbuka, tidak terlalu konservatif dan kemungkinan kreativitasnya lebih besar, tetapi sampai saat ini, ia belum mau menekuninya.

Jerry berpendapat, di Indonesia, foto-foto pre wedding atau wedding kehilangan konteks dan pemaknaan dari perkawinan itu sendiri dengan tidak tecermin dalam fotonya. Fotografer lupa alasan dan tujuan orang membuat foto pre-wedding karena terlalu excited dengan ide-ide kreatifnya. Padahal foto pre wedding adalah untuk merayakan suatu hubungan, merayakan cinta, seharusnya itu yang menjadi landasan pemotretan, dan itu harus terasa dalam setiap karya.

Jika Jerry ingin memotret foto pre wedding, ia akan membuat foto yang lebih sederhana, lebih konservatif, lebih mencari “rasa”. Karena menurutnya, itu lebih long lasting, tidak lekang oleh waktu. Seorang fotografer seharusnya melakukan pendekatan dahulu yang lebih personal.

Untuk foto komersial, tantangan bagi Jerry adalah misalnya, ketika ia harus memotret eko wisata di Flores selama setengah bulan, ia harus masuk keluar hutan, naik gunung, ke pantai dan keesokan lusanya ia memotret jalan-jaan utama di London yang tipe pekerjaannya high profile. Orang yang terlibat, tipe klien, tipe peralatan, skill yang dibutuhkan, sama sekali berbeda.

Hubungan paling sulit adalah dengan supplier atau pihak ketiga. Menurut Jerry, fotografi sepeti team work. Kebanyakan selalu berkaitan dengan pihak ketiga yang membantu. Di Indonesia, komitmen dan konsistensi para supplier ini selalu jadi tanda tanya.

Jerry mencari passion dalam dunia fotografi. Menurutnya, di dunia kreatif, sebaiknya kita mencari nilai yang lain. Jerry tidak peduli mengenai uang, tidak dibayar pun ia akan tetap memotret, jadi bekerja pun tidak akan terasa berat. Prinsip Jerry, jika kita senang, dedikasi dan keinginan untuk membuat itu jadi spesial juga besar. Dan banyak perusahaan-perusahaan yang menghargai itu.


By: Zoe
Referensi: Nova, Forumm.wgaul.com

0 Comments:

Post a Comment



 

FREE HOT BODYPAINTING | HOT GIRL GALERRY