Friday, October 29, 2010

Karya Karina Saputri yang merekam sejawat-sejawat prianya dalam konteks personal berkait ruang kamar mereka masing-masing. Oleh Karin, kamar bukan hanya sebagai ruang fisik melainkan juga ruang batiniah. Kamar pribadi menurut Karin yang berkuliah di jurusan psikologi ini adalah juga sebentuk media representasi karakteristik manusia khususnya laki-laki. Karin memiliki ketertarikan pada penggalian karakteristik manusia khususnya pada teman-teman di sekitarnya.

Saat kita melihat foto seseorang, ini layaknya saat kita melihat orang bercermin dan kita melihat pantulan bayangannya. Ironisnya, orang yang bercermin itu tidak menyadari keberadaan kita. Bagaimanapun, fotografi juga mampu menjadi alat yang menegosiasikan pemahaman-pemahaman, mengafirmasi dan melegitimasi nilai-nilai baru. Fotografi memiliki potensi untuk memberi posisi tawar kepada pihak-pihak yang dianggap sebagai liyan dan menyimpang dari kecenderungan hegemonik. Farissa Achmadi yang akrab dipanggil Icha juga merekam sejawat-sejawat prianya.

Sekilas melihat nampak pria-pria sejawat Icha ini memiliki tato yang menempel di beberapa bagian tubuhnya. Dari perekaman-perekaman itu kita bisa merasakan bahwa Icha memiliki sebuah pembenaran atas kecenderungan tertentu yang bisa ditarik dari ranah subkultur.

Dalam tajuk Affair, Riksa Afiaty mencoba kemungkinan lain fotografi yang mampu menjadi medium tanda. Foto konsep Riksa menampilkan secara lebih jelas akan adanya rekayasa objek foto untuk menampilkan maksud tertentu. Mulai dari pose, warna, properti yang dipakai semuanya mengandung pemaknaan tertentu. Simbol dan ikon dipertunjukkan bisa menuntun atau mempertautkan pada makna yang dimaksud oleh si fotografer. Secara otomatis pemaknaan kita bakal lebih bukan hanya pada tataran denotatif dan harafiah melainkan juga pada sisi konotatif yang sarat akan permainan nilai.

Meicy Sitorus menampilkan dirinya mematut-matut diri untuk difoto sebagai pria melalui pakaiannya. Dari pakaiannya ia mencoba menggeneralisasi tipe-tipe pria berdasarkan pakaian dan penampilan luarnya. Yang ia tampilkan ini adalah sebuah “pemaknaan baru” (baca parodi) dari apa yang ia sering baca di majalah-majalah wanita. Suatu saat ia memiliki ketertarikan pada salah satu rubriknya yakni yang membahas tipe-tipe pria. Dari riset sederhana itu ia kemudian mencoba membayangkan seperti apa menjadi pria-pria yang telah dikategorisasi oleh media.


Oleh: Farissa Achmadi, Karina Saputri, Meicy Sitorus dan Riksa Afiaty





0 Comments:

Post a Comment



 

FREE HOT BODYPAINTING | HOT GIRL GALERRY