|
|
---|
Sunday, April 3, 2011
Takashi Sugimoto lahir di Tokyo pada tahun 1945, lulus dari jurusan Seni Murni Universitas Tokyo pada tahun 1968. Ia mendirikan Super Potato CO.,LTD setelah melakukan perjalanan studi keliling Eropa pada tahun 1973. Ia menerima banyak penghargaan dalam bidang Desain Interior, diantaranya adalah Mainichi Design Award pada tahun 1985-1986 dan Interior Design Association Award pada tahun 1992. Pada tahun yang sama, ia diangkat sebagai profesor di Musashino Art University.
Takashi Sugimoto dikenal sebagai pribadi yang eksentrik namun tetap down to earth pada saat yang sama, tidak pernah berkomentar terlalu banyak akan desain-desain yang ia ciptakan, “Kalian bertanya tentang konsep desain ini? Tidak ada yang dapat dikatakan tentang apa yang telah tercipta.” Mengutip dari salah satu wawancaranya.
Secara tidak langsung, Takeshi Sugimoto juga diakui sebagai bapak desain interior Jepan. Awalnya bermula pada tahun 1973, dimana pada saat itu Super Potato adalah perusahaan yang bergerak di bidang desain interior pertama di Jepang, masyarakat masih menganggap bahwa ‘desain interior’ adalah hal yang satu paket dengan arsitektur secara luas, tidak terpisah. Saat itu Sugimoto menyanggahnya dengan mengatakan, “bukan hanya para kontraktor yang tidak tahu apa itu desain interior, tapi semua orang.” Pernyataan Sugimoto yang beredar di kalangan kolega ini semakin lama menyebar dan menjadi pembicaraan, hingga perlahan, kesadaran akan adanya suatu bidang yang dinamakan Desain Interior muncul.
Filosofi apa yang menjadi ciri khas dari tiap karya Sugimoto? Jika pertanyaan ini muncul, jawaban termudahnya adalah, Desain yang komunikatif, tapi tentu tidak sederhana itu. Sugimoto menyebutnya dengan trifecta of ideals, atau tiga elemen ideal yang disatukan pada suatu bentuk desain. Ketiga elemen yang dimaksud Sugimoto adalah creation, communication, dan nature, dimana ia mencoba menciptakan sebuah ruang yang membuat komunikasi antar manusia lebih mudah dengan menggabungkan unsur alam didalamnya. Sebuah pohon di dalam showcase di tengah restoran, batang pohon cherry yang masih kasar dan penuh patahan yang digunakan sebagai meja counter, itulah yang menjadi ciri-ciri yang khas dari Takeshi Sugimoto, yang juga mempengaruhi desain-desain hasil Super Potato Co yang ia pimpin.
Desainnya yang terkesan mendobrak norma dalam dunia desain interior ini memang tidak jarang membuat orang-orang yang datang ke tempat yang ia desain berdecak kagum, dan menjadikannya bahan obrolan sesaat sebelum topik sebenarnya terangkat. Tokyo’s Shunju Akasaka misalnya. Restoran yang ia desain pada tahun 1990 ini memiliki meja makan yang berhadapan langsung dengan taman dalam ruangan yang berada di balik kaca. Meja dari batang cherry yang terkesan masih kasar—seakan tinggal ambil dan letakkan—yang ada di Bar Radio di Tokyo yang ia kerjakan pada tahun 1971. Serta penerapan open kitchen sebagai hiburan saat makan yang ia terapkan pada Mezza 9 Restaurant di Hotel Grand Hyatt, Singapura. Hal-hal itulah yang dimaksud Sugimoto sebagai alam yang diciptakan oleh manusia, buatan, namun tetap alami.
Tidak hanya sampai disana konsep trifecta of ideals yang diusung Sugimoto bekerja, bukan hanya dengan meletakkan sebuah point of interest yang tidak biasa, agak ke alam-alaman sedikit dan selesai. Namun, Sugimoto berusaha melihat dan membuat keseluruhan desain lingkungan yang ia buat menjadi lebih komunikatif. Bagaimana penempatan cahaya untuk mengatur emosi dan mood pengunjung, ukuran dan spasial yang bagaimana yang menggambarkan karakter tempat tersebut, upbeat atau mellow, fun atau romantic. Semua hal tersebut dipertimbangkan agar menjadi sebuah desain yang benar-benar komunikatif. Ditambah, penggunaan objek-objek pilihan yang membuat pengunjung benar-benar mendapat pesan bahwa ia sedang berada di tempat yang lain dari dunianya. Misalnya, penggunaan botol-botol wine tua sebagai layer pemisah ruang, penggunaan komponen mesin tua, dan alat-alat ranch yang antik.
Sugimoto, sebagai bapak desain interior telah memberikan banyak kontribusi baik langsung maupun tidak langsung kepada dunia desain. Memberikan pengertian, bahwa interior yang menarik itu tidak hanya ditujukan untuk menarik kenikmatan mata saat memandang, tapi perasaan nyaman yang ditimbulkan kepada pengunjung juga tidak kalah pentingnya, sekali lagi, dengan tujuan agar sebuah komunikasi lebih mudah tercipta diantara manusia.
By : Ito
Sumber: Interior design, Pea green Pouffe, Super potato, Wikipedia