Sunday, May 15, 2011

Kalau tinggal di Indonesia, siapa sih yang tidak mengenal brand otomotif Suzuki? Tentu saja, Suzuki termasuk kedalam tiga besar produsen otomotif yang menguasai pasar automobile di Indonesia bersama dengan Honda dan Yamaha sebagai pesaing utama. Percaya atau tidak, Suzuki yang sedemikian besarnya pernah hampir bangkrut, apalagi, brand yang menelurkan Suzuki Hayabusa ini bahkan tadinya tidak bergerak di bidang otomotif. Percaya? Berbicara tentang perkembangan Suzuki, tidak akan bisa lepas dari pendirinya, Michio Suzuki. Siapakah dia?

Michio Suzuki lahir pada tahun 1887 di sebuah desa kecil bernama Hamamatsu, terletak sekitar 180 kilometer dari Tokyo. Hamamatsu merupakan daerah penghasil tekstil dan pabrik pembuatan mesin tenun di Jepang. Menginjak usia remajanya, Michio sudah ahli dalam membuat mesin tenun, tidak hanya membuat, Michio pun mengembangkan desain yang telah ada dan berimprovisasi untuk membuat sebuah hal baru, yang lebih efisien dan praktis. Tidak butuh waktu lama sampai Michio membuat perusahaan manufakturnya sendiri. Pada tahun 1909, ia mendirikan Suzuki Loom Works dimana ia mendesain sendiri mesin tenun berpedal yang dikenal banyak orang karena efisiensinya. Sebelas tahun kemudian, pada 1920 Michio melebarkan bengkelnya menjadi sebuah perusahaan manufaktur bernama Suzuki Loom Manufacturing Company, sebuah pembuktian bahwa desain mesin tenunnya memang berbeda dan terbaik dari pabrikan lainnya.

Sukses, tapi impian Michio tidak hanya sampai disana. Determinasinya untuk menciptakan sesuatu yang bisa memudahkan manusia dalam bekerja mendorongnya untuk terus berkarya, mesin tenunnya yang laku keras membuatnya mendapatkan cukup dana untuk memulai bisnis baru. Tetap dengan tujuannya akan efisiensi, Michio memilih transportasi sebagai subjek desainnya. Sayangnya, pernah dunia kedua pada saat itu menghentikan desain-desain Michio tidak pernah keluar dari kertas gambarnya.

Perang telah berakhir, komoditas kapas dunia anjlok dan itu memberikan pengaruh yang besar bagi bisnis mesin tenunnya. Michio dan anaknya memutar otak, mereka akhirnya kembali pada impian mereka sebelumnya: transportasi. Jepang paska perang yang memiliki kesulitan ekonomi, serta penduduk Jepang yang jumlahnya seratus juta orang, maka transportasi yang lekat dengan kegiatan ekonomi adalah permasalahan yang krusial. Power Free, moped pertama mereka berhasil diselesaikan pada tahun 1952, keberhasilan ini membuat ayah-anak ini berani menutup pabrik tenun mereka dan berfokus pada pengembangan ‘sepeda bermesin’ mereka. Lalu pada tahun 1954 dibukalah Suzuki Motor Co.,LTD. Dengan Collede sebagai produk pertama mereka yang menuai sukses. Di waktu inilah, Michio mulai menempelkan logo ‘S’ yang kita lihat sekarang di semua produknya.

Suzuki melebarkan sayapnya dari dua roda menjadi empat roda. Produk pertamanya, Suzulight tidak banyak dikenal orang. Pangsa pasar pada saat itu adalah kendaraan yang bisa mengangkut banyak barang, dan Michio pun memutar otaknya. “Untuk apa mempunyai variasi produk kalau tidak mendengarkan keinginan konsumen?” itulah kata-katanya yang mendasari pembuatan Suzuki Carry FB pada tahun 1961, truk ringan yang berbeda tipis dengan yang kita kenal sekarang. Suzuki pun kembali dikenal luas di Jepang.

Sayangnya pangsa pasar kendaraan bermotor pada saat itu telah dikuasai oleh Toyota dan Nissan yang 10-15 tahun lebih dulu lahir. Michio yang merasa tidak mendapatkan tempat di pasar dalam negri pun kembali berpikir keras. Pilihan jatuh kepada negara tetangga, Thailand. Thailand yang pada saat itu mempunyai kondisi mirip-mirip Jepang paska perang dunia mempunyai kebutuhan transportasi yang memadai. Michio Suzuki yang bisa melihat hal inipun tanpa ragu memasarkan produknya ke negara gajah tersebut dan menuai sukses besar. Jadi bolehlah dikatakan, kalau transportasi Thailand pada saat ini yang lebih berkiblat pada kendaraan roda dua itu tidak terlepas dari pengaruh tangan dingin Michio Suzuki.

Resep yang diberikan Michio kepada penerusnya sangatlah ampuh. Determinasi yang kuat untuk memudahkan konsumen dalam beraktifitas, tidak usah terlalu ribet, simpel saja, dan tentu saja penglihatan yang jeli akan kebutuhan pasar membuat Suzuki sekarang menjadi perusahaan automobile kelas dunia. Cepat, mudah dan efisien adalah jargon yang selalu di elu-elukan Michio, itu pula yang membuatnya ringan langkah menapaki dunia bisnis, dari mesin tenun, sepeda bermotor, dan truk kelas ringan. Itu semua adalah ciptaannya yang dibuat berdasarkan kejeliannya dalam mendengarkan konsumen. Bukan untuk sebuah gaya, tapi efisiensi.

By : Ito
Sumber: ezinemark, wikipedia, ezine9, refference for business

0 Comments:

Post a Comment



 

FREE HOT BODYPAINTING | HOT GIRL GALERRY