Wednesday, May 18, 2011

Siapa yang tidak mengenal sepatu bernama Air Jordan? Sepatu yang pertama kali diciptakan pada tahun 1985 ini masih terus diproduksi tiap tahun dengan model yang selalu direvisi dan mengikuti perkembangan pasar. Siapa pula yang menyangka sepatu yang awalnya ditujukan sebagai endorser semata ini telah memiliki basis fans nya sendiri di seluruh dunia, tentunya ini menandakan Nike selaku produsen dan pengembang brand ini tetap pada komitmennya untuk menciptakan sepatu yang berkualitas baik. Lalu, siapa sih orang yang bertanggung jawab dibalik kesuksesan sepatu yang telah memiliki lebih dari duapuluh versi ini?

Tinker Hatfield, meskipun bukan desainer pertama yang mengembangkan Air Jordan, namun karyanya pada Air Jordan III sampai dengan XV laris manis diborong oleh pasar dan disebut sebagai deretan Air Jordan yang paling sukses di pasaran. Tinker Hatfield lahir dan besar di Halsey, Linn County, Oregon. Hidup di kota kecil tidak memberikannya banyak pilihan, menikmati hidup sebagai petani atau menghabiskan waktu dengan berolahraga. Masa sekolahnya dihabiskan dengan kesibukannya dalam berolahraga, sebut saja basket, sepak bola, dan American Football, tidak ada satupun olahraga yang digelutinya dimana ia tidak menjadi pemain kuncinya. Hatfield bermimpi ingin menjadi atlet profesional, namun cedera yang ia alami pada masa kuliah mengurungkan mimpinya itu. Tapi tidak sampai disana, kecintaannya pada olahraga membuatnya ingin selalu berada dalam dunia tarik otot ini.

Hatfield berkuliah di University of Oregon School of Architecture. Arsitektur mengajarkan Hatfield banyak hal, bagaimana harus berpikir kreatif, problem solving, masyarakat dan budaya. Di masa kuliah ini pula Hatfield pertama kali bertemu dengan Bill Bowerman, founder dari Nike yang pada saat itu adalah pelatih lari Hatfield. Walaupun ia telah mendapatkan lisensi arsiteknya, Hatfield tidak merasa puas, karenanya ia memutuskan untuk masuk ke Nike, perusahaan yang bergerak dalam penyediaan alat olahraga. Pikirnya, ia akan merasa lebih nyaman bekerja di lingkungan yang akrab dengan dirinya, lingkungan olahraga.

Hatfield mulai bekerja di Nike pada tahun 1981, lalu pada tahun 1985 ia mulai membuat desain-desain sepatu olahraga. Pada titik ini, ia menyadari, bahwa ia dapat menggunakan ilmu yang ia dapat dari kuliah arsitekturnya untuk diterapkan kedalam desain sepatu olahraga yang baik. Berawal dari keyakinan tersebut, Hatfield menciptakan sepatu “multi-sport” pertama di dunia, yaitu sepatu yang dapat digunakan dalam berbagai macam olah raga sekaligus. Hal ini didasari oleh pengalamannya sendiri di sasana olah raga dimana ia melihat rekan-rekan kerjanya harus membawa beberapa sepatu sekaligus untuk melakukan olah raga yang berbeda.

Namanya beberapa kali tercantum sebagai orang yang memiliki pengaruh besar dalam dunia olahraga. Pada tahun 1993, Sportstyle Magazine mencantumkannya sebagai salah satu orang yang berpengaruh dalam bisnis dunia olahraga, dan penghargaan yang sama juga diberikan pada tahun 1996. Fortune Magazine mencantumkan namanya kedalam “100 Desainer Paling Berpengaruh Pada Abad ke-20” pada tahun 1998. Prestasinya tidak hanya dalam mendesain sepatu, Hatfield juga membuatkan desain lapangan basket pada University of Oregon yang selesai dibangun pada awal 2011.

Resep apa yang membuat brand Air Jordan yang dibinanya begitu sukses? Hatfield mengatakan, semua berasal dari pengalaman, apa-apa saja yang dimiliki seorang manusia, campurkan dengan kemampuan, maka akan tercipta karya yang bermakna bagi banyak orang. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang dalam hidupnya, maka semakin mudah untuk menyambungkan titik-titik misteri dalam hidup. Memangnya, pendidikan yang Hatfield miliki berbasis arsitektur, tapi siapa yang sangka akan memacunya dalam mendesain sepatu? Bagi Hatfield, arsitektur adalah persoalan bagaimana menyatukan yang teknis dan mengerti keinginan orang dan budaya yang mereka miliki. Untuk membuat gdung yang baik, kita harus mengerti orang-orang yang nantinya akan bekerja di dalamnya, mendesain sepatu mempunyai proses yang sama dengan itu semua.

“Kita harus tahu siapa-siapa saja konsumen yang akan membeli produk kita, motivasinya, apa saja kebutuhannya, maka kita akan tahu seperti apa barang yang mereka butuhkan.” Tutur Hatfield. Sangat menyenangkan ketika pada akhirnya kita menghasilkan produk yang benar-benar memberikan arti pada mereka yang menggunakannya. Sekali lagi, pengalaman. Hatfield berpendapat, ini bukan hanya soal desain sepatu, tapi sudah seharusnya semua orang menerapkan hal ini. Perbanyak riset, perbanyak pengalaman. Temukanlah sesuatu tidak hanya dari buku, tapi juga dari hidup.

Hatfield tidak banyak mendesain lagi seperti dulu, ia lebih aktif dalam bidang mentoring dan pengajaran. Tidak cukup hanya sukses mendesain, Hatfield masih ingin membuat hidupnya lebih berarti lagi, terutama untuk orang lain, menurutnya, menolong orang tidak hanya penting untuk mereka, tapi juga bagi dirinya yang menolong.

by : Ito
Sumber : USA Today, Wikipedia, Ueregon, Kicks on fire, nice kicks

0 Comments:

Post a Comment



 

FREE HOT BODYPAINTING | HOT GIRL GALERRY